Pages

dampoleng. Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 22 April 2014

analisis transaksional

Pengertian
Menurut Eric Berne’s Analisis transaksional adalah suatu model analisa komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi yang berbeda analisis ini digunakan pada kontak yang singkat dengan orang lain untuk membina hubungan yang baik.
Dalam terapi ini hubungan konselor dan klien dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain.

Konsep pokok
Adapun konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey ( 2005 ) adalah :
1.      Pandangan tentang manusia. Analisis transaksional berakar pada filsafat yang anti determinasi serta menekankan bahwa manusia sanggup melapaui pengkondisian dan pemograman awal.
2.      Perwakilan perwakilan Ego. Analisis transaksional adalah suatu system terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa dan anak.
3.      Scenario scenario kehidupan dan posisi psikologi dasar. Adalah ajaran ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan putusan awal yang dibuat oleh kita sebgai anak dewasa.
4.      Kebutuhan manusia akan belaian. Pada dasarnya setiap manusia memerlukan belaian dari orang lain, baik itu yang berlainan dalam bentuk fisik maupun emosional.
Read more...
separador

Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari 3 aliran utama psikologi. Sumbangan utama psikoanalisis :
1.         Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia.
2.         Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar.
3.         Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian dimasa dewasa.
4.         Teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan.
5.         Terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.
v  Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis :
1.      Struktur kepribadian
·         id
·         ego
·         super ego
2.      Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik.
3.      Kesadaran & ketidaksadaran
·      Konsep ketaksadaran
-        Mimpi-mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik.
-        Salah ucap / lupa → terhadap nama yang dikenal.
-        Sugesti pascahipnotik.
-        Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas.
-        Bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif.
4.      Kecemasan
Adalah suatu keadaan yang memotifasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya memperingatkan adanya ancaman bahaya. 3 macam kecemasan :
·         Kecemasan realistis
·         Kecemasan neurotic
·         Kecemasan moral
v  Tujuan terapi Psikoanalisis
Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
 psikoanalisis

Sebagai pendiri Psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1939). Freud mengambil metode Breuer mengenai hypnosis untuk menangani pasiennya, tetapi akhirnya tidak memuaskan dengan hypnosis tersebut, dan menggunakan asosiasi bebas (free association), merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis (Schultz dan Schultz,1992). Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasiennya.

Dalam tahun 1895 Freud dan Breuer mempublikasikan Studies on Hysteria yang dipandang sebagai permulaan dari psikoanalisis. Dalam perjalanan kerjanya Freud mendapatkan bahwa impian dari pasiennya dapat memberikan sumber mengenai emotional material yang bermakna. Freud kemudian mempublikasikan bukunya ”The Interpretation of Dreams” (1900) yang dianggap sebagai kerja besar dari Freud. Selama kehidupan Freud buku tersebut telah keluar delapan edisi. Freud dalam tahun 1901 mempublikasikan bukunya “The Psychopathology of Everyday Life”, yang berisi deskripsi yang sekarang dikenal dengan Freudian slip. Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memodifikasi pemikiran maupun perilaku, yang terlihat pada slips of the tongue. Buku lain dari Freud adalah “Three Essays on the Theory of Sexuality” yang diterbitkan pada tahun 1905. Beberapa mahasiswa mengadakan diskusi kelompok, dengan demikian dapat belajar mengenai psikoanalisis Freud, yang kemudian memperoleh nama Alfred Adler dan Carl Jung dalam omposisinya terhadap Freud.

Kesadaran dan Ketidaksadaran sebagai aspek kepribadian
       Pada permulaan Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis mengandung dua bagian yaitu kesadaran (the conscious) dan ketidaksadaran (the unconscious). Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupakan bagian kecil dari kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada di bawah permukaan air) mengandung insting-insting yang mendorong semua perilaku manusia. Freud juga mengemukakan pendapat mengenai preconscious atau foreconscious. Tidak seperti dalam ketidaksadaran, maka dalam preconscious materinya belum direpres, sehingga materinya dapat mudah ditimbulkan dalam kesadaran.
       Freud kemudian merevisi terutama kesadaran dan ketidaksadaran dan mengintrodusier id, ego, dan superegoId berkaitan dengan pengertian yang semula ketidaksadaran, merupakan bagian yang primitive dari kepribadian. Kekuatan yang berkaitan dengan id mencakup insting sexual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan lingkungan realitas secara objektif, yang oleh Freud disebutnya sebagai prisip kenikmatan (pleasure principel). Ego sadar akan realitas. Oleh Freud ego disebutnya sebagai prinsip (reality principle). Ego menyesuaikan diri dengan realita. Freud mengibaratkan hubungan ego – id sebagai penunggang kuda. Penunggang akan memperhatikan tentang keadaan realitas, sedangkan kudanya mau kemana-mana. Struktur kepribadian yang ketiga yaitu superego berkembang pada permulaan masa anak sewaktu peraturan-peraturan yang diberikan oleh orang tua, dengan menggunakan hadiah dan hukuman. Perilaku yang salah (yang memperoleh hukuman) menjadi bagian dari conscience anak, yang merupakan bagian dari superego. Perbuatan anak semula dikontrol oleh orang tuanya, tetapi apabila superego telah terbentuk, maka kontrol dari dirinya sendiri. Superego merupakan prinsip moral. 

Insting dan Kecemasan
Freud mengelompokkan insting menjadi dua kategori, yaitu insting untuk hidup (life instincts) dan inting untuk mati (death instincts). Life instincts mencakup lapar, haus dan sex. Ini merupakan kekuatan yang kreatif dan bermanifestasi yang disebut libido. Insting untuk mati (death instincts atau thanatos) merupakan kekuatan destruktif. Ini dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, atau ditujukan keluar sebagai bentuk agresi.
      Mengenai kecemasan (anxiety), Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan, yaitu objektif, neurotic, dan moral. Kecemasan objektif merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya yang nyata. Kecemasan neurotic merupakan kecemasan atau merasa takut akan mendapatkan hukuman untuk ekspresi keinginan yang impulsif. Moral anxiety merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. Seseorang merasa cemas karena melanggar norma-norma moral yang ada.
Read more...
separador

Kamis, 17 April 2014

Teknik dan Metode Konseling Islam

A. Pembimbing
Siapa yang sebenarnya yang berhak disebut sebagai pembimbing dalam bimbingan dan konseling islam, dapat dilihat dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pembimbing bimbingan dan konseling Islami.
Sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadits, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pembimbing bimbingan dan konseling Islam itu dapat dibedakan / dekelompokkan sebagai berikut :
1. Kemampuan Profesional (Keahlian)
2. Sifat Kepribadian yang Baik (akhlaqul-karimah)
3. Kemampuan Kemasyarakatan (Berukhuwah Islamiyah)
4. Ketaqwaan pada Allah
I. Kemampuan Keahlian (Profesional)
Pembimbing dalam bimbingan dan konseling Islami sudah barang tentu haruslah merupakan orang yang memiliki kemampuan keahlian atau kemampuan profesional di bidang tersebut. Dengan istilah lain dikatakan yang bersangkutan merupakan seorang “alim” di bidang bimbingan dan konseling Islami.
Secara rinci dapatlah disebutkan kemampuan professional yang perlu dimiliki pembimbing Islami itu sebagai berikut :
a. Menguasai bidang permasalahan yang dihadapi
b. Menguasai metode dan tekhnik bimbingan dan konseling
c. Menguasai Hukum Islam yang sesuai dengan bidang bimbingan dan Konseling Islam yang sedang dihadapi
d. Memahami landasan-landasan keilmuan bimbingan dan konseling Islami yang relevan
e. Memahami landasan filosofis bimbingan dan konseling Islam
f. Mampu mengorganisasikan dan mengadministrasikan layanan bimbingan dan konseling Islami
g. Mampu menghimpun dan memanfaatkan data hasil penelitian yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling Islam

2. Sifat Kepribadian yang baik (akhlaqul-karinah)
Sifat kepribadian yang baik (akhlak yang mulia) dari seorang pembimbing diperlukan untuk menunjang keberhasilannya melakukan bimbingan dan konseling Islam. Sifat-sifat yang baik itu di antaranya adalah :
a. Siddiq (Mencintai dan Membenarkan Kebenaran)
b. Amanah (bisa dipercaya)
c. Tabligh (mau menyampaikan apa yang layak disampaikan)
d. Fatonah (intelejen, cerdas, berpengetahuan)
e. Mukhlis (ikhlas dalam menjalankan tugas)
f. Sabar
g. Tawaduk (rendah hati)
h. Saleh (Mencintai, Melakukan, Membina, Menyokong Kebaikan)
i. Adil
j. Mampu mengendalikan diri

3. Kemampuan Kemasyarakatan (Hubungan Sosial)
Pembimbing Islami harus memiliki kemampuan melakukan hubungan kemanusian atau hubungan social, ukhuwah Islamiyah yang tinggi. Hubungan social tersebut meliputi hubungan dengan :
a. Klien, orang yang dibimbing
b. Teman sejawat
c. Orang lain selain yang tersebut diatas

4. Ketaqwaan kepada Allah
Ketaqwaan merupakan syarat dari segala syarat yang harus dimiliki seorang Pembimbing Islami, sebab ketaqwaan merupakan sifat paling baik. Seorang pembimbing disebutkan haruslah “berpakaian yang bersih”. Itu berarti bahwa pembimbing harus berpenampilan menarik, sopan, rapi, tertib dan sebagainya. Sementara itu sifat-sifat yang harus dimiliki adalah :
a. selalu taqwa kepada Allah atau mengagungkan nama Allah
b. Beramal saleh atau tidak berbuat dosa
c. Sabar

B. Pengertian Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling Islam

Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara tekhnik merupakan penerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini kita akan melihat bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi.
C. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling Islam
Metode bimbingan dan konseling Islami ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut. Pengelompokannya menjadi :
1. Metode komunikasi langsung atau disingkat metode langsung
2. Metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung

1. Metode Langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi :
a. Metode Individual
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya
Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkann diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan konseling.

Bentuk Khusus Teknik Konseling:
- Konselor yang paling berperan
- Konselor berusaha mengarahkan konselee sesuai dengan masalahnya.
- Berpusat pada konselee
- Konselor hanya menampung pembicaraan yang berperan konselee
- Konselee bebas bicara, sedangkan konselor menampung dan mengarahkan.

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tekhnik :
1. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing
2. Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan lingkungann ya.
3. Kunjunagan dan Observasi kerja, yakni pembimbing/konseling jabatan, melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya.

2. Metode Kelompok
Tehnik ini dipergunakan dalam membantu klien/murid atau sekelompok klien/murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.

Tehnik ini membawa keuntungan pada diri klien/murid, diantaranya;
- Menghemat waktu dan tenaga
- Menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau masalah pribadi-sosial.
- Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya, sehingga mereka terdorong untuk berusaha mengahadapi kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.

Beberapa bentuk khusus tehnik bimbingan kelompok:

1) Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.



2) Karyawisata (field trip)
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok. Denagn berkaryawisata murid mendapat kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
Dalam contoh seorang anak dapat kesempatan untuk mengembangkan kesenangannya dan bakatnya dalam karyawisatanya. Ia dapat menunjukkan kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga dirinya.

3) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
- Pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok
- Perencanaan suatu kegiatan
- Masalah-masalah pekerjaan
- Masalah belajar
- Masalah penggunaan waktu senggang
- Masalah persahabatan, keluarga dsb.

4) Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan. Juga dapat mengembangkan tanggungjawab. Tehnik sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.

5) Keorganisasian

Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok dapat diseleseikan. Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktipkan murid dalam mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggungjawab dan harga diri.

6) Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan masalah-masalah social dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah social.
Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.



7) Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan tehnik memecahkan masalah social, maka psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psyshis yang dialami individu. Kemudian murid-muri d diminta untuk memainkan dimuka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.

8) Remedial teaching
Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk bermacam-macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Tehnik remedial ini dilakukan setelah diadakan diagnose terhadap kesulitan yang dialami murid.

2. Metode tidak Langsung
Metode tidak langusng (metode komunikasi tidak langusng) adalah metode bimbingan / konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.
a. Metode Individual

1. Melalui Surat Menyurat
2. Melalui Telepon dsb

b. Metode Kelompok / massal :

1. Melalui Papan Bimbingan
2. Melalui Surat Kabar / Majalah
3. Melalui Brosur
4. Melalui Radio (media audio)
5. Melalui Televisi

Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan atau konseling, tergatung pada :
a. Masalah/ problem yang sedang dihadapi/ digarap
b. Tujuan penggarapan masalah
c. Keadaan yang dibimbing/ klien
d. Kemampuan pembimbing/ konselor memepergunakan metode/ teknik
e. Sarana dan Prasarana yang tersedia
f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar
g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan & konseling
h. Biaya yang tersedia



DAFTAR PUSTAKA


Faqih, Aunur Rahim. 1997. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. UII Press. Yogyakarta
Djuhur I. & Surya Moh. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan diSekolah. CV;ILMU: Bandung
A, Hellen. 2002. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Ciputat Press. Jakarta
Walgito, Bimo.1995 Bimbingan dan Penyuluhan DiSekolah. Andi Offset: Yogyakarta
www.bimbingan dan penyuluhann,DYP Sugiharto.com


Read more...
separador

PENDEKATAN KONSELING ANALISA TRANSAKSIONAL

A.      PENGERTIAN

Menurut Eric Berne’s Analisis transaksional adalah suatu model analisa komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi yang berbeda analisis ini digunakan pada kontak yang singkat dengan orang lain untuk membina hubungan yang baik.
Dalam terapi ini hubungan konselor dan klien dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain.

Konsep pokok
Adapun konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey ( 2005 ) adalah :
1.      Pandangan tentang manusia. Analisis transaksional berakar pada filsafat yang anti determinasi serta menekankan bahwa manusia sanggup melapaui pengkondisian dan pemograman awal.
2.      Perwakilan perwakilan Ego. Analisis transaksional adalah suatu system terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa dan anak.
3.      Scenario scenario kehidupan dan posisi psikologi dasar. Adalah ajaran ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan putusan awal yang dibuat oleh kita sebgai anak dewasa.
4.      Kebutuhan manusia akan belaian. Pada dasarnya setiap manusia memerlukan belaian dari orang lain, baik itu yang berlainan dalam bentuk fisik maupun emosional.

Proses Konseling
Tugas utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi. Konselor transaksional selalu aktif, menghindarkan keadaan diam yang terlalu lama, dan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara perhatian pada transaksi.
Tujuan konseling
1.        Membantu klien dalam memprogram pribadinya.
2.        Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan.
3.        Klien dibantu mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran.
4.        Teknik-teknik daftar cek, analisis script atau kuisioner digunakan untuk mengenal keputusan yang telah dibuat sebelumnya.
5.        Klien berpartisipasi aktif dalam diagnosis dan diajar untuk membuat tafsiran dan pertimbangan nilai sendiri.
6.        Teknik konfrontasi juga dapat digunakan dalam analisis transaksional dan pengajuan pertanyaan merupakan pendeatan dasar. Untuk berlangsungnya konseling kontrak antara konselor dan klien sangat diperlukan.

B.       KEPRIBADIAN KONSELOR
Sikap Dasar Manusia
Sejak kecil manusia selalu berhubungan dengan dirinya dan orang lain. Bagaimana seseorang menerima diri dan orang lain itu akan membentuk sikap dasarnya. Sikap dasar ini menentukan keberhasilannya dalam hidup ini, termasuk menentukan bermasalah tidaknya seseorang.
Sehubungan dengan penilain seseorang terhadap dirinya (I) dan orang lain (you), Thomas Harris (1985 : 50) mengklasifikasikan adanya 4 macam sikap dasar sesuai dengan perkembangan manusia.
Sikap dasar pertama, saya tidak Oke – Kamu Oke, adalah sikap yang paling awal diperoleh manusia, yakni sikap seorang bayi. Dia menganggap dirinya jelek atau tidak mampu dan menganggap orang lain baik dan penuh perhatian padanya. Karena itu ia sering kali mengunakan ego state anak-anak.
Keterangan : Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya dan merasa bersalah. Posisi ini merupakan posisi yang paling umum yang biasa disebut depresif dan inferior.
Sikap dasar kedua, saya tidak Oke – Kamu tidak Oke, adalah sikap dasar yang memandang jelek baik atas dirinya maupun kepada orang lain. Kondisi seperti ini menandakan seseorang bermasalah atau depresi. Namun dalam kadar yang kecil terlihat pada perilaku di masa remaja yang tidak peduli dengan diri dan berontak terhadap aturan bahkan orang tua sendiri.
Keterangan : Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan orang lain pun juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif, individu akan menyerah dan merasa tidak berdaya.
Sikap dasar ketiga, Saya Oke – Kamu tidak Oke, adalah sikap yang memandang jelek terhadap orang lain. Mereka suka mengkritik, atau menyalahkan orang lain. Ego state yang sering digunakannya dalam bertransaksi adalah Orang tua.
Keterangan : Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa superior, merasa mempunyai hak untuk mempergunakan (memanipulasi) orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya.
Sedangkan sikap dasar keempat, Saya dan Kamu Oke, adalah sikap hidup yang baik, atau posisi kepribadian yang sehat, dia bisa memandang realistis sebagai mana adanya dirinya dan orang lain. Ini terlihat bagi orang yang suka menggunakan ego state Dewasa.
Keterangan : Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan orang lain.

C.       PROSES KONSELING
Menurut Harris, proses konseling AT pada bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien.
Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien – terapis untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertangung jawab, karena terapist bukanlah pula orang yang menanti mukjizat terapist. Kontrak dalam AT menurut Dusay mencakup 4 (empat) Komponen:
1.        Saling menyetujui, yakni terjadinya persetujuan dalam keadaaan ego state dewasa antara Klien – terapist untuk melakukan perubahan yang spesifik.
2.        Kompetensi, yakni kesediaan terapist untuk memberikan layanan yang menggunakan kompetensi yang dimilikinya, yakni merobah dan mengatasi persepsi klien yang salah atas diri dan lingkungannya. Kontrak untuk hidup sehat dan panjang umur berada diluar jangkauan kompetisi therapist.
3.        Tujuan yang legal, adalah menyangkut materi dan tujuan dari kontrak yang bersifat legal.
4.        Konpensasi, yakni menyangkut imbalan bagi terapist yang telah mengorbankan waktu dan kemampuannya.
Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian terapist bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.

D.      TEKNIK KONSELING
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, terapist memfokuskan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis skript, dan analisis mainan.
1.    Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analis hendaknya bisa mengenal :
a.       Apakah klien menggunakan ego state tertentu,
b.      Apakah ego state klien, normal, terkontaminasi atau eksklusif, dan
c.       Bagaimanakah energi egogram klien tersebut.
2.    Analisis transaksional
Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah tranasksi antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat dari respons atau stimulus klien. Dengan orang lain Baik dari kata-kata yang diungkapkan klien, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan konselor untuk bahan analisis atau problem yang dihadapi klien.
3.    Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin Klien dalam transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon Coklat” (perasaan menang atau perasaan kalah). Bila klien dalam games sering berperan sebagai pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi amat takut sewaktu-waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak.
4.    Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.
Disamping keempat macam teknik yang digunakan di atas, treatment dari AT sering pula menggunakan teknik khusus, seperti: Interogasi, Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Ilustrasi, Konformasi, Interpretasi, Kristalisasi.

E.       SIKAP DAN PERANAN KONSELOR
Inti pokok dari AT terletak pada usaha konselor (terapist) menganalisis transaksi klien dengan teknik-teknik yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian telihat sikap dan peranan konselor di sini :
1.    Berusaha meletakkan tanggung jawab pada klien.
Karena pada hakekatnya setiap hendaknya bertanggung jawab atas kehidupannya, maka bagi AT juga mengarahkan agar pada diri klien tumbuh rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk mengambil tanggung jawab atas kehidupannya.
2.    Menyediakan lingkungan yang menunjang. Untuk mencapai perubahan klien atau keseimbangan ego state klien, konselor berusaha sebagai penyedia fasilitas yang mendorong terjadinya perubahan ego state klien.
3.    Memisahkan mite dengan realitas. Karena pengaruh skript, banyak klien dipengaruhi oleh mitologi yang telah diadapsinya sejak lama. Dalam rangka memperbaiki kembali (memahami kembali) skript kehidupan klien itu, konselor AT mempunyai peranan untuk memisahkan mite yang berpengaruh dalam skript klien dengan realitas kehidupan yang sebenarnya.
4.    Melakukan Konfrontasi atas keanehan yang tampak. Keanehan atau keadaan ego state klien yang tidak seimbang dapat diperbaiki terapist dengan melakukan konfrontasi. Terapist hendaknya bisa membentuk dan merekonstruksi menjadi seimbang.
Jadi, dengan melihat peranan dan sikap konselor di atas, memperlihatkan bahwa konselor dalam AT bersifat aktif. Dia lebih banyak menentukan jalanya konseling.
Tujuan Terapi
Tujuan utama dari AT adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang berhubungan tingkah lakunya saat ini dan arah hidupnya. Sedangkan sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari, bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh ketusan awal mengenai posisi hidupnya serta pilihan terhadap cara-cara hidup yang stagnan dan deterministik. Menurut Berne (1964) dalam Corey (1988) bahwa tujuan dari AT adalah pencapaian otonom yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik; kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
Penekanan terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang menyalahkan diri dan gaya hidup otonom ditandai dengan kesadaran spontanitas dan keakraban. Menurut Haris (19967) yang dikutip dalam Corey (1988) tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala yang timbul dan metode treatment adalah membebaskan ego Orang Dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan penciptaan pilihan-pilihan baru atas pengaruh masa lampau yang membatasi. Tujuan terapeutik, dicapai dengan mengajarkan kepada klien dasar-dasar ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Para klien dalam setting kelompok itu belajar bagaimana menyadari dan menjabarkan ketiga ego selama ego-ego tersebut muncul dalam transaksi-transaksi kelompok.
Fungsi dan Peran Terapis
Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988) memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasana masa lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untu menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Terapis memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi, sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi. Tugas terapi adalah, menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego Orang Dewasanya sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam memeriksa keputusan–keputusan lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.


Hubungan Konselor Dengan Klien
Pelaksanaan terapi AT beradasarkan kontrak, kontrak tersebut menjelaskan keinginan klien untuk berubah, di dalam kontrak berisi kesepakatan-kesepakatan yang spesifik, jelas, dan ringkas. Kontrak menyatakan apa yang dilakukan oleh klien, bagaimana klien melangkah ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya dan kapan kontrak tersebut akan berakhir. Kontrak dapat diperpanjang, konselor akan mendukung dan bekerja sesuai kontrak yang telah menjadi kesepakatan bersama. Pentingnya keberadaan kontrak, karena umumnya dalam terapi, klien seringkali keluar dari kesepakatan awal. Menyimpang, cenderung memunculkan masalah-masalah baru, bersikap pasif, dan dependen akibatnya proses penyembuhan membutuhkan tambahan waktu. Dengan adanya kontrak maka kewajiban tanggungjawab bagi klien semakin  jelas, membuat usaha klien untuk tidak keluar pada kesepakatan dan komitmen untuk penyembuhan tetap menjadi perhatian, maka klien menjadi fokus pada tujuan-tujuan sehingga proses penyembuhan akan semakin cepat.
Maksud dari kontrak lebih spesifik, yaitu menyepakati cara-cara yang sesungguhnya digunakan dalam terapi yang disesuikan dengan kebutuhan klien dengan memperhatikan apakah untuk individu atau kelompok.
Contoh dalam kontrak, misalnya klien membutuhkan hubungan yang harmonis dan bermakna dengan orang lain, kemudian dia berkata, “Saya merasa kesepian dan saya ingin lebih memiliki hubungan yang harmonis dengan para kerabat”. Maka, kontrak yang dibuat harus mencakup latihan yang spesifik dengan mengerjakan tugas oleh kliean agar dia memiliki kepercayaan diri untuk berhubungan secara harmonis dan bermakna. Bagaimana dengan klien yang bingung menentukan apa yang menjadi keinginannya? Selanjutnya untuk membuat kontrak pun akan sulit, Corey (1988) memberikan solusi, bagi mereka yang seperti itu disarankan untuk memulai dan menetapkan kontrak jangka pendek atau kontrak yang lebih mudah dengan berkonsultasi tidak terlalu lama diyakini kontrak akan bisa ditetapkan. Perlu dipahami bahwa kontrak buka tujuan, melainkan sebagai alat untuk membantu klien untuk dapat menerima tanggunjawab agar lebih aktif dan otonom.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konselor ketika membangun hubungan dengan klien; Pertama, tidak ada kesenjangan pemahaman antara klien dan konselor yang tidak dapat jembatani. Kedua, klien memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam terapi, artinya klien memiliki hak untuk menyimpan atau tidak mengungkapkan sesuatu yang dianggap rahasia. Ketiga, kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan klien.

Teknik dan Prosedur Terapi
Untuk melakukan terapi dengan pendekatan AT menurut Haris dalam Corey (1988) treatment individu-individu dalam kelompok adalah memilih analisis-analisis transaksional, menurutnya fase permualaan AT sebagai suatu proses mengajar dan belajar serta meletakan pada peran didaktik terapis kelompok. Konsep-konsep AT beserta tekniknya sangat relevan diterapkan pada situasi kelompok, meskipun demikian penerapan pada individu juga dianggap boleh dilakukan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, bila digunakan dengan pendekatan kelompok. Pertama, berbagai ego Orang Tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati. Kedua, karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individu di kelompok bisa dialami. Ketiga, individu dapat mengalami dalam suatu lingkungan yang bersifat alamiah, yang ditandai oleh keterlibatan orang lain. Keempat, konfrontasi permainan yang timbal-balik dapat muncul secara wajar. Kelima, para klien bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok.
Prosedur pada AT dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988) dia menggabungkan konsep dan prosedur AT dengan eksperimen Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam AT, yaitu :
1.    Analisis struktural, para klien akan belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu klien untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu klien untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya, sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.
2.    Metode-metode didaktik, AT menekankan pada domain kognitif, prosedur belajar-mengajar menjadi prosedur dasar dalam terapi ini.
3.    Analisis transaksional, adalah penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara perwakilan ego mereka,  dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung.
  • Permainan peran, prosedur-prosedur AT dikombinasikan dengan teknik psikodrama dan permainan peran. Dalam terapi kelompok, situasi permainan peran dapat melibatkan para anggota lain. Seseorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber masalah bagi anggota lainnya, kemudian dia berbicara pada anggota tersebut. Bentuk permainan yang lain adalah permainan menonjolkan gaya-gaya yang khas dari ego Orang Tua yang konstan.
  • Analisis upacara, hiburan, dan permainan, AT meliputi pengenalan terhadap upacara (ritual), hiburan, dan permainan yang digunakan dalam menyusun waktunya. Penyusunan waktu adalah bahan penting bagi diskusi dan pemeriksaan karena merefleksikan keputusan tentang bagaimana menjalankan transaksi dengan orang laindan memperoleh perhatian.
  • Analisa skenario, kekurangan otonomi berhubungan dengan keterikatan individu pada skenario atau rencana hidup yang ditetapkan pada usia dini sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya di dunia sebagaimana terlihat dari titik yang menguntungkan menurut posisi hidupnya. Skenario kehidupan, yang didasarkan pada serangkaian keputusan dan adaptasi sangat mirip dengan pementasan sandiwara.


F.       METODE TERAPI
Proses terapi dalam pendekatan analisis transaksional terdiri dari beberapa metode dalam prakteknya yakni (Psikoterapi “pendekatan konvensial dan kontemporer”, 2002) :
a.       Analisis structural Analisis struktural adalah suatu cara yang dapat menjadikan individu sadar tentang isi dan fungsi dari status egonya ( ODK ). Didalam analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidektifikasikan status egonya.
b.      Metode belajar Analisis transaksional berdasarkan pada aspek kognitif, maka dalam hal ini metode belajar merupakan dasar bagi pendekatan terapi ini. Anggota kelompok pada terapi ini diharapkan mampu untuk kenal dengan analisis struktural dan memahami peran ego masing-masing ( ODK).
c.    Emphty chair Prosedur kursi kosong dalam terapi ini, merupakan cara yang sangat baik dalam analisis struktural. Cara ini mengasumsikan bahwa klien mempunyai kesulitan dalam mengatasi dirinya dan pimpinannya. Klien disuruh membayangkan bahwa orang yang duduk didepannya adalah orang lain, dan kemudian diajak untuk berdialog. Prosedur ini memberikan kebebasan pada klien untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan sikapnya sebagaimana dirinya berperan pada status ego tertentu. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyempurnakan unfinished bussines pada masa yang silam.
d.    Role playing Teknik psikodrama atau role playing dalam hal ini akan  memunculkan bermacam jenis variasi peran yang ada, yakni status ego masing ( ODK ). Dalam psikodrama ini diharapkan ada reaksi dari klien dalam menghadapi peran masing –masing anggota kelompok terapi dan tingkah laku itulah yang merupakan sasaran dari terapi ini.
e.   Familiy Modelling Dalam teknik ini klien disuruh untuk membayangkan  yang melibatkan banyak individu, mungkin yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu atau dirinya. Klien menetapkan situasi dan menggunakan anggota lain dari kelompoknya sebagai anggota keluarga. Kemudian dari analisis didiskusikan dan dievaluasi dengan kesadaran yang penuh.
f.  Analysis of Ritual and Past time Didalam analisis transaksional akan terlibat  masalah identifikasi mengenai tata cara dan pengisi waktu yang tampaknya dapat digunakan dalam menstruktur waktu. Struktur waktu ini sangat penting didiskusikan dan diperiksa, karena hal ini merefleksikan bagaimana individu memutuskan naskahnya dalam kaitannya bagaimana individu tersebut melakukan transaksi dan bagaimana untuk mendapatkan belaian yang tidak menguntungkan dan akibatnya akan mengalami keakraban dengan orang lain.

g. Analysis of game and rackets Analisis permainan merupakan aspek yang  penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain. Didalam hal ini perlu diobservasi dan diketahui bagaimana permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima , bagaimana keadaan permainan itu apakah ada jarak dan apa diringi dengan keakraban.
Read more...
separador
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers